Materi Da'wah - KEUNGGULAN MANUSIA BERILMU

Assalamu’alaikum Wr., Wb.

Hadirin Ma’asyirol Muslimin Rohimakumulloh.
Wajibnya menuntut ilmu tak kalah bedanya dengan mendirikan sholat, dosanya tidak menuntut ilmu sama saja dosanya dengan tidak mendirikan sholat, hal ini membuktikan betapa pentingnya ilmu pengetahuan bagi segenap umat manusia karena kita yakini bersama bahwa keuntungan dunia dan akhirat hanya akan dapat diraih oleh manusia yang mempunyai ilmu.
Hal ini pernah disinggung Nabi melalui sabdanya:
من أراد الدنيا فعليه بالعلم ومن أراد الآخرة فعليه بالعلم ومن أرادهما معا فعليه بالعلم
“Barang siapa yang menginginkan kehidupan dunia maka harus punya ilmunya, dan barang siapa yang menginginkan kehidupan akhirat, maka harus punya ilmunya, dan barang siapa yang menginginkan kehidupan dunia dan akhirat maka harus punya ilmunya juga.”
Dari keterangan sabda Nabi diatas, semakin jelaslah permasalahan bagi kita bahwa ilmu pengetahuan merupakan satu modal dasara bagi kehidupan manusia, karena dengan ilmu pengetahuan kita dapat membuka kelopak mata sehingga dapat membaca keadaan alam yang diciptakan oleh Alloh swt.

Hadirin ma’asyirol muslimin rohimakumulloh,
Kewajiban menuntut ilmu tidak diukur dengan umur, dan tidak diukur oleh zaman tetapi menuntut ilmu adalah suatu kewajiban yang harus dijalani selama nyawa masih tetap didalam sraga, sebagaimana sabda Nabi saw.:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَاتٍ من المهد الى اللّحد
“menuntut ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki2 dan muslim perempuan dari mulai diayun sampai masuk keliang lahat”.
Kesimpulan yang dapat kita ambil hikmahnya dari hadits diatas, bahwa menuntut ilmu adalah merupakah satu etos kerja seorang muslim yang sudah digariskan oleh Alloh swt., dan rosulnya, dan kewajiban menuntut ilmu itu tidak ada kata terlambat kalaupun umur kita sudah lanjut bukanlah suatu alasan tidak menuntut ilmu, bukankah sebuah filsafat telah mengatakan “keterlambatan lebih baik daripada tidak samasekali”.
Tentu hadirin semua bertanya dengan jalan apakah kita menuntut ilmu? Apakah dengan jalan mesantren? Bisa jadi, atau dengan jalan sekolah? Ia memang. Pokoknya dengan jalan apa saja kita menuntut ilmu yang penting kita sebagai muslim harus tetap berada dalam kancah ilmu pengetahuan. Rosul pun telah bersabda:
كُنْ عَالِمًا أَوْ مُتَعَلِّمًا أَوْ مُسْتَمِعًا أَوْ مُحِبًّا وَلَا تَكُنْ خَامِسًا فَتَهْلِكَ
“jadilah kamu orang yang mengajari ilmu, atau orang yang menuntut ilmu, atau orang yang mendengarkan ilmu, kalua tidak jadilah kamu orang yang mencintai terhadap ulmu dan janganlah kamu menjadi orang yang kelimanya, apa itu? Yaitu orang yang tidak masuk kemana-mana, maka sudah barang tentu orang itu akan mengalami kehancuran”.

Hadirin ma’asyirol muslimin rohimakumulloh,
Alloh Swt., dalam sebuah firmannya yang menyatakan tentang betapa pentingnya orang yang berilmu dihadapan Allah swt sehingga Allah berfirman:
يَرْفَعُ اللَّهُ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا بِدَرَجَاتٍ
“Alloh swt akan mengangkat derajat orang yang beriman dan orang yang berilmu”
Dimana menurut Muhammad Ali As-Shobuni dalam tafsir Sofatut-Tafasir pada jilid ke-3 beliau menjelaskan, bahwa yang dinamakan manusia yang beriman yang diangkat derajatnya adalah:
المؤمن امتثال اوامر الله واوامر رسول الله
“yaitu manusia yang selalu melaksanakan segala perintah Allah dan rosul-Nya dengan lain adalah manusia yang taqwa”
Lebih jauh lagi kalau kita memperhatikan runtuyan ayat diatas, bahwa manusia yang akan di naikan derajantnya adalah manusia yang dianugerahi dua unsur pokok yaitu keimanan dan ilmu pengetahuan, jadi kedua untur tersebut sangat erat kaitannya dan tidak dapat dipisahkan antara satu sama yang lainnya.
Iman tanpa pengetahuan adalah suatu kepincangan, dan pengetahuan tanpa keimanan adalah suatu kehancuran. Filsafat ini pernah diungkapkan oleh seorang filosofis barat yaitu Aristoteles onesis ketika pembuatan bomnya digunakan oleh Amerika Serikat untuk menghancurkan kota Hirosyima dan kota Nagasaki.
Bahkan imam Sa’id seorang tokoh kenamaan kota Siroj dalam karyanya “bulstan dan gulstan” pernah mengatakan bahwa “ilmu pengetahuan yang tidak kepada umat manusia untuk lebih meningkatkan kecintaan kepada Allah swt hanyalah suatu kejahilan belaka”.
Satu contoh besar, manusia yang mendapatkan derajat yang tinggi di hadapan Allah swt karena mempunyai 2 faktor tersebut yaitu keimanan dan ilmu pengetahuan yang menyatu dan mendarah daging daslam dirinya adalah seorang tokoh besar ya’ni SYEKH ABDUL QODIR JAELANI yang mendapat gelar SULTOUL AULIYA.
Suatu kisah yang sangat menarik pada perjalanan kehidupannya, ketika seorang raja bagdad mengirim surat kepada Syekh Abdul Qodir karena ada suatu kepentingan, lalau raja bagdad mengundang tuan imam untuk hadir ke istananya, dan pada akhirnya rajalah yang datang ke pemondokan tuan Syekh, dan pada suatu ketika syekh imam bertanya kepada raja “wahai raja apakah raja datang pada saya karena raja berkepentingan pada saya atau saya ada kepentingan pada tuan raja? Seraya raja menjawab “wahai tuan imam, saya ada berkepentingan pada tuan” lantas syekh bertanya kembali “kalau memang tuan ada kepentingan pada saya silahkan duduk dihadapan saya” begitu kata tuan Imam. Allohu Akbar…. Raja yang begitu disegani dihadapan manusia yang penuh dengan pengetahuan menyatu dengan nilai-nilai keimanannya.

Hadirin ma’asyirol muslimin rohimakumulloh,
Untuk itu saya dalam kesempatan yang berbahagia ini mengajak kepada hadirin semua marilah kita tuntut ilmu pengetahuan sebanyak2nya, karena yakinlah dengan ilmu pengetahuan manusia akan mendapatkan tempat yang terhormat dihadapan Alloh swt., apalagi kalau ilmu pengetahuan itu dipadu dengan tingkat keimanan yang begitu tinggi.
Bahkan Syekh Az-zarnuzi dalam sebuah bait sya’irnya pernah menjelaskan:
Ta’allam fainnal ilma zainun li ahlihi # wa fadhlun wa ‘unwanun likulli mahamidi
Kalau menurut dialek sunda artinya:
Suprih elmu da elmu teh mapaesan ka ahlina # kaunggulan rejeung ciri ka sakur nu di pujina
Barangkali hanya itu yang dapat saya sampaikan, kurang dan lebihnya mohon dima’afkan sebesar-besarnya.

Wassalamu’alaikum, Wr., Wb.

Komentar